Minggu, 10 Januari 2010

Mentalitas Berkelimpahan

Manusia adalah makhluk unik yang memiliki potensi luar biasa. Pada mulanya, ia lahir sebagai bayi yang tanpa daya, bisanya hanya menangis. Ia belum memiliki kemampuan (ability), baik kemamuan bersikap (attitude), pengetahuan (knowledge) maupun keterampilan (skill). Seorang bayi atau masa kanak-kanak masih memiliki pengetahuan yang amat terbatas dalam segala hal, baik menyangkut dirinya, orang lain, alam semesta, dan apalagi tentang Allah SWT. Kanak-kanak juga belum mampu menentukan sikap, apakah harus positif atau negatif, kritis atau nrimo, terhadap hampir semua hal yang terjadi di sekitarnya. Dalam hal keterampilan, kanak-kanak juga masih sangat terbatas, entah itu yang bersifat pertukangan (memukul, memanjat, memutar, membuka dan sebagainya) maupun kemampuan non teknis-kemanusiaan, seperti komunikasi, kepemimpinan, manajemen dan human skill lainnya.

Tetapi, mengapa setelah beranjak remaja dan dewasa, kita dapat melakukan apa saja? Dapat bersikap, merasakan, berpikir dan melakukan sesuatu yang kita inginkan. Dalam konteks inilah, maka proses pembelajaran berfungsi, yaitu menjadikan seorang manusia menjadi semakin mampu, berdaya dan semakin merdeka dari segala hal di luar dirinya (Harefa,2000: 37).
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses potensi, yang bisa berupa bakat atau minat sehingga dapat menjadi hobi atau bahkan profesi yang dapat menjadi nilai keunggulan diri. Dengan demikian, kita dapat keluar dari jeratan ketidak mampuan diri (sikap), pengetahuan dan keterampilan. Pada akhirnya, orang yang demikian dapat mencukupi kebutuhan hidupnya (intelektual, material dan spiritua) secara melimpah. Praktisnya, ia bisa dapat menghadirkan diri menjadi pribadi yang kaya; kaya hati, pengetahuan, harta, kedudukan dan sebagaianya. Inilah yang disebut mentalitas berkelimpahan. Yaitu, pribadi yang dapat mendayagunakan dan memberdayakan dirinya menjadi semakin bermanfaat bagi diri dan lingkungan. Gagasan-gagasan cerdasnya, perilakunya dan kemampuan praktisnya dapat bermanfaat bagi orang lain atau dijual buat orang lain.


Bagaimana mengaktualisasikan diri menjadi pribadi berkelimpahan? Ada empat pertanyaan yang dapat membantu; 1) bidang kegiatan apa yang sangat memikat hati Anda ? 2) bidang kegiatan apa yang memberikan kepuasan batins angat mendalam ? 3) bidang kegiatan apa yang terasa sangat mudah Anda palajari? 4) bidang kegiatan apa yang membuat Anda seakan-akan menyatu dengannya ?

Empat pertanyaan di atas harus dipandu oleh misi hidup. Karena, misi hidup inilah yang akan memberikan arah hidup kita? Akan berprofesi apa kita nantinya? Dan akhirnya, sejauh mana kesuksesan hidup yang dapat kita capai?
Inilah yang oleh Stephen R. Covey disebut sebagai "kompas batin" yang hanya bisa dikembangkan melalui proses dan waktu-tidak bisa secara instan.
Menurut Covey, ada tiga pertanyaan yang dapat memandu untuk mengembangkan "kompas batin" ini, yaitu: 1) apakah yang ingin Anda miliki ? 2) bila Anda telah memilikinya, apa yang ingin Anda lakukan (dalam hidup Anda) ? 3) akan menjadi manusia macam apakah Anda kelak (to be) ?

Dengan demikian, orang yang mampu secara spiritual, intelektual dan material, perlu proses pembelajaran secara secara sungguh-sungguh, reguler, berkelanjutan dan sinergis. Tidak kesuksesan hidup yang dicapai secara instant.

Tahun baru adalah saat yang tepat untuk melakukan proses kesabaran, ketekunan dan ketaatan dalam mekakukan pembelajaran itu. Dan upaya niatan untuk melakukan proses pembalajaran itu adalah bagian dari wujud syukur atas nikmat Allah SWT, bahwa kita diiciptakan menjadi pribadi yang kerkelimpahan. Menjadi manusia yang cerdas, kreatif dan memiliki martabat tinggi di antara semua makhluk Allah lainnya. Semoga kita semakin arif dan bijak. Dalam bahasa “petani kentang”, mentalitas berkelimpahan berarti “semakin tipis kulitnya semakin besar isinya”. Dalam bahasa kenabian orang semacam itu disebut, "kaya tanpa harta, kuat tanpa tentara dan menang tanpa bala". Insya Allah.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar