Selasa, 29 Desember 2009

Marah

Dari Abu Hurairah ra: Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Orang kuat itu bukan pada kuatnya badan, tetapi orang kuat adala orang yang dapat mengendalikan nafsunya ketika marah”

Marah adalah salah satu sifat yang ada pada diri setiap orang. Karena itu, sifat marah tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi sebenarnya bisa dikendalikan. Setiap orang, termasuk diri kita, memiliki intensitas marah yang berbeda-beda. Ada orang yang hanya didahului orang lain ketika naik motor, langsung marah, “Kurang ajar ! berani-beraninya ya mendahului aku!” demikian umpatnya. Ada orang yang dikritik karena melakukan kekeliruan, langsung naik darah. Tetapi ada juga orang yang sifat marahnya sulit muncul. Ia tetap sabar, sekalipun dikritik habis-habisan, dicaci maki atau bahkan disakiti. Dirinya tetap tenang dan tidak naik pitam. Orang demikian, sebenanya bukan berarti ia tidak dapat marah, tetapi sebenarnya ia dapat mengendalikan marah itu.

Marah biasanya timbul karena adanya perasaan terancam bahaya atau sesuatu hal yang dirasakan mengganggu “keamanan” dan “kenyamanan” diri. Ancaman itu dapat berupa dua bentuk; Pertama, ancaman fisik, seperti: dicubit, dipukul, ditembak dan sebagainya. Kedua, ancaman simbolik terhadap harga diri atau martabat pribadi, seperti; diperlakukan sewenang-wenang, dicaci maki, disepelekan, tidak dihargai pendapatnya dan sebagainya.

Mengapa orang yang marah itu wajah dan matanya menjadi merah padam, badannya memanas dan degup jantungnya mengencang ? Hal ini dapat terjadi karena “ancaman” terhadap dir itu (bagi orang yang merasa terancam) kemudian memicu rangsangan bagi lonjakan keluarnya zat katekolamin yang membangkitkan gelombang energi cepat sesaat, dimana gelombang energi tersebut cukup untuk melakukan “serangkaian tindakan dahsyat”. Sementara itu, denyutan lain yang ditimbulkan oleh amigdala (pusat emosi) melalui cabang adrenokorteks dalam sistem syaraf menciptakan suatu latar pengkondisian umum agar tubuh siap bertindak, yang berlangsung jauh lebih lama daripada lonjakan energi katekolamin.

Rangsangan yang memicu amarah ini menjadi pemicu minor terjadinya lonjakan katekolamin yang dibangkitkan oleh amigdala, yang masing-masing berdasarakan momentum hormon lonjakan-lonjakan sebelumnya. Lonjakan kedua muncul sebelum yang pertama mereda, dan yang ketiga menumpuk di atasnya, demikian seterusnya; masing-masing gelombang menumpuk di ujung gelombang sebelumnya, yang dengan cepat menambah kadar perangsangan fisiologis tubuh. Suatu pikiran yang muncul belakangan dalam rangkaian ini akan memicu intensitas marah yang lebih hebat dari pikiran yang muncul pada awal rangkaian. Inilah yang disebut “marah dibangun oleh marah”; sehingga menjadikan otak emosional memanas. Dan pada saat itulah, marah – yang tak terkendalikan lagi oleh nalar, dengan mudah meletus menjadi tindak kekerasan.
Dalam kondisi seperti di atas, maka orang tak mudah lagi memaafkan dan tak bisa berpikir jernih; yang mereka pikirkan hanyalah seputar balas dendam dan tindak balas, lupa terhadap akibat-akibat yang timbul belakangan. Menurut Dolf Zilmann, pada tahap ini akan “menimbulkan suatu ilusi kekuasaan dan kekebalan yang mempermudah timbulnya agresi” sewaktu orang mengamuk. Mereka “kehilangan pedoman kognitif “ dan terperangkap dalam respon-respon paling primitif. Dorongan limbik meningkat: dan pelajaran-pelajaran yang belum terasah dari kehidupan yang brutal justru menjadi acuan tindakan.

Bagaimanapun juga, marah itu memang tidak dapat dihilangkan sama sekali. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana setiap dir itu dapat mengendalikan marah. Karena itulah, maka Rasulullah menandaskan bahwa orang yang kuat itu bukanlah orang yang memiliki tenaga atau badan kuat, tetapi adalah orang yang dapat mengendalikan diri ketika marah.

حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
Artinya:
"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: Kekuatan itu tidak dibuktikan dengan kemenangan bertumbuk. Tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengawal dirinya ketika sedang marah"

Jadi, marah adalah salah satu sifat manusiawi yang dapat muncul pada siapa saja dan kapan saja. Karena itu, beberapa tips untuk meredakan marah antara lain sebagai berikut:
1.Berwudhu dengan air bersih
2.Berjalan-jalan santai di alam terbuka
3.Menggunakan dan mengadu pemikiran-pemikiran yang memicu marah, karena pikiran-pikiran itu merupakan tanggapan asli dari interaksi yang mempertegas dan mendorong letupan awal amarah dan tanggapan-tanggapan ulang berikutnya yang mengobarkan api amarah itu
4.Banyak-banyak berkomunikasi dengan orang lain, khususnya orang-orang yang sudah akrab
5.Berdo’a (berserah diri) kepada Allah SWT.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar