Senin, 11 Oktober 2010

Mengenal Kecakapan Emosi

Kita sering menjumpai seseorang yang sekolah atau kuliah lulus dengan nilai sangat memuaskan, tetapi tidak dapat banyak berbuat bagi masyarakat. Sederhananya, seseorang memiliki prestasi akademik yang tinggi, tetapi tidak dapat bersosialisasi dengan masyarakat lingkungannya. Bahkan cenderung egois – alias tidak memiliki kepedulian terhadap masyarakat. Ada juga seseorang yang prestasi akademik sekolah atau kuliahnya sangat baik tetapi ketika dihadapkan pada pekerjaan harus kebingungan, mau bekerja apa atau bekerja dimana. Kemudian, ketika orang tersebut mengajukan surat lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan, kantor atau instansi, tetapi belum juga dapat diterima.
Sementara itu, dalam kasus lainnya, ada orang yang memiliki prestasi akademik sangat baik, tetapi kurang sukses dalam bekerja. Sebaliknya, ada orang yang prestasi akademiknya biasa saja (rata-rata) tetapi justru dapat meraih kesuksesan yang baik. Mengapa demikian?
Keberhasilan pekerjaan atau kesuksesan dalam bekerja memang tidak sepenuhnya ditentukan oleh prestasi akademik yang kekuatan utamanya adalah kecakapan intelektual (intellectual question/IQ). Akan tetapi, ada kecerdasan lain yang ikut berperan dalam menentukan keberhasilan atau kesuksesan seseorang.

Beberapa tahun terakhir ini, telah berkembang beberapa pemikiran yang menyatakan bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya hanya ditentukan oleh tingkat IQ, tetapi ada kecerdasan lain yang ikut menentukan, di antaranya kecakapan emosi (emotional question), kecakapan spiritual (spiritual question), dan lain-lain. Dalam kesempatan ini, kita akan mengeksplorasi khusus soal kecakapan emosi.


Pengertian Kecakapan Emosi
Kecakapan emosi adalah kekuatan personal yang meliputi aspek internal dan eksternal yang menjadi locus of controll aktivitas seseorang. Ini berarti bahwa kecakapan emosi sangat menentukan sikap, sifat dan kemampuan pribadi seseorang.
Kecakapan emosi terdiri dari dua aspek :
1. Kecakapan pribadi (internal), terdiri dari :
a. Kesadaran Diri (Self Awareness)
b. Pengaturan Diri (Self Regulation)
c. Motivasi (motivation)

2. Kecakapan sosial (eksternal) (Social Comptetence), terdiri dari :
a. Empati (Emphaty)
b. Keterampilan Sosial (Social Skills)

Kerangka kerja kecakapan emosi

1. Kecakapan Pribadi (Personal Competence)
Kecakapan ini menentukan dan menetapkan bagaimana kita mengelola diri sendiri, yaitu meliputi kesadaran diri (self awareness), pengaturan diri (self regulation) dan motivasi (motivation).
a. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan dan kegemaran , sumber-sumber daya dan intuisi pribadi.
 Kesadaran Emosi (Emotional Awareness): yakni mengenali emosi pribadi dan efeknya bagi diri sendiri.
 Penilaian diri secara akurat (Accurate self assessment ) : mengetahui keunggulan atau kekuatan-kekuatan, kelemahan dan limit diri sendiri
 Percaya diri (Self confidence): yakni keyakinan tentang harga diri dan kemampuan pribadi.


b. Pengaturan Diri (Self Regulation)
Mengelola kondisi kemauan, kebutuhan, impuls (desakan), drive (dorongan) dan sumberdaya diri sendiri.
 Kendali Diri (Self Control): mengelola emosi-emosi dan desakan ( impuls) hati-hati yang merusak.
 Sifat dapat dipercaya (Trustworthiness): memelihara dan internalisasi norma kejujuran dan integritas pribadi.
 Kehati-hatian (Conscientiousness) : bertanggungjawab atas kinerja pribadi.
 Inovasi (Innovation ) : mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru

c. Motivasi (Motivation)
Motivasi berkaitan dengan kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan pencapaian sasaran atau tujuan hidup
 Dorongan berprestasi (Achievement drive): dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
 Komitmen (Commitment): menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga.
 Inisiatif (Inisiative) : kesiapan untuk memanfaatkan peluang.
 Optimisme (Optimism): kegigihan dalam memperjuangkan sasaran walaupun ada kendala-kendala dan bahkan kegagalan.

2. Kecakapan Sosial (Social Competence)
Kecakapan ini menentukan bagaimana kita menangani hubungan sosial atau bagaimana kita menyikapi interaksi sosial antara kita.
a. Empati (Empathy)
Kesadaran terhadap perasaan , kebutuhan , dan kepentingan orang lain .
 Memahami orang lain (Understanding Others): Mengindra perasaan dan persfektif orang lain dan menunjukkan minat akatif terhadap kepnetingan orang lain,
 Mengembangkan orang lain (Developing Others): Merasakan kebutuhan pengembangnan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain.
 Orientasi Pelayanan (Service Orientation): Mengantisipasi, mengenali, dan beupaya memenuhi kebutuhan para pelanggan.
 Memanfaatkan Keragaman (Leveraging Diversity) : menumbuhakna peluang dengan melalui pergaulan.
 Kesadaran Politis (Political Awareness): mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.

b. Keterampilan Sosial (Social Skills)
Cerdas dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.
 Pengaruh (influence) : Memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi.
 Komunikasi (communicatuion): mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan.
 Manajemen Konflik (conflict management) : Penanganan masalah-masalah yang berkembang di dalam masyarakat.
 Kepemimpinan (leadership): Memandu orang lain dengan membangkitkan inspirasi
 Katalisator perubahan (Change Catalyst): Memulai dan mengelola perubahan.
 Membangun hubungan (building bonds) : menumbuhkan hubungan yang bermanfaat.
 Kolaborasi dan Kooperasi (Collaboration and cooperation ) : kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
 Kemampuan tim (Team capabilities): menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.

Konsep Diri Negatif dan Positif

Seseorang dikatakan memiliki konsep diri negatif, bila:
1. Tidak memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang diri sendiri, sehingga ia tak memiliki kemampuan untuk mengetahui apa kekuatan dan kelemahan dirinya.
2. Memiliki pandangan yang kaku terhadap dirinya bahkan over estimate. Ia menolak gagasan dan informasi baru, sehingga ia sulit untuk mengubah konsep dirinya.
3. Lebih banyak melihat aspek kelemahan dari[pada aspek kekuatan dirinya.

Sehingga:
Orang yang mempunyai konsep diri negatif adalah orang yang tidak memiliki atau kurang memiliki pengetahuan tentang dirinya, harapan-harapannya terlalu tinggi atau rendah terutama penghargaan terhadap dirinya sendiri.

Seseorang yang mempunyai konsep diri positif, bila :
1. Memiliki pengetahuan yang menyeluruh mengenai dirinya, baik kelemahan maupun kelebihannya.
2. Dapat menerima diri apa adanya. Kelebihan tidak akan membuat dirinya sombong, sebaliknya kelemahan tidak akan membuat dirinya menjadi rendah diri atau bahkan kecewa.
3. Dapat mengubah dengan segala daya upaya guna mengurangi aspek-aspek yang dapat merugikan sebagaimana umpan balik yang ia terima.

Sehingga seseorang dikatakan memiliki konsep diri yang positif bila ia memilki pengetahuan yang luas dan dapat melakukan diversifikasi diri, harapan yang realistis dan penghargaan diri yang sehat.

Kesadaran diri Star Performer
Menurut Daniel Goleman, setiap orang yang mempunyai kesadaran diri Star Performer memiliki tiga ciri, yakni :
1. Kesadaran emosi, yakni tahu bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja kita, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai kita untuk memandu pembuatan keputusan. Orang dengan kecakapan ini memiliki beberapa cirri-ciri:
 Tahu apa dan mengapa emosi yang sedang dirasakan.
 Sadar akan keterkaitan antara perasaan mereka dengan apa yang mereka pikirkan, perbuatan mereka dan apa yang mereka katakan.
 Tahu bahwa perasaan mereka akan sangat mempengaruhi kinerja mereka.
 Punya kesadaran yang jadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-sasaran mereka.

2. Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang kekuatan dan batas-batas pribadi kita., visi yang jelas tentang apa dan mana yang perlu diperbaiki dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Orang dengan kecakapan ini memiliki beberapa ciri:
 Sadar akan kekuatan dan kelemahan
 Mampu merenung dan belajar dari pengalaman.
 Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima gagasan baru, mau belajar dan mengembangkan diri sendiri.
 Punya rasa humor dan bersedia memandang diri dari berbagai sudut persfektif yang luas.

3. Percaya diri, yaitu keberanian karena adanya kepastian akan kempuan, nilai-nilai dan tujuan kita. Orang dengan kecakapan ini:
 Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan eksistensi dirinya.
 Berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban demi kebenaran
 Tegas , yakni mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam kondisi beresiko, tidak pasti dan tanpa data yang cukup.

Yogyakarta, 11 Oktober 2010

M. Mahlani
Islamic Counselor Kementerian Agama
Kota Yogyakarta
Sekretaris Eksekutif dan Trainer di Bimasena Training Center Yogyakarta
Sekretaris Yayasan Kemaslahatan Umat (YKU) Yogyakarta
Email: mmahalani@yahoo.com
Rumah:
Perumahan Pemda DIY No. P-23, Banjardadap Potorono Banguntapan Bantul 0274-7884217/081328075005

Sumber Bacaan :
Ary Ginanjar Agustian (2001), Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual Berdasarkan Rukun Iman dan Rukun Islam, Jakarta: Arga
Anthoni Dio Martin (2003), Emotional Quality Management, Jakarta: Arga
Daniel Goleman (1996), Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting daripada IQ, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar